Jambi,Bentrok berdarah antar kelompok Orang Rimba di Air Hitam Sarolangun mengundang keprihatinan KKI Warsi. Betapa tidak, penembakan dan tindakan kekerasan yang terjadi pada Jumat (11/12) lalu, merupakan hal yang sangat jarang ditemukan di budaya Orang Rimba. Ini merupakan kasus pertama yang terjadi, sejak KKI Warsi melakukan pendampingan Orang Rimba di Bukit Dua Belas sejak 11 tahun silam. Menyikapi persoalan ini, Tim KKI Warsi yang terdiri dari pendamping Orang Rimba, legal officer dan fasilitator desa segera melakukan identifikasi masalah untuk mencari kejelasan penyebab terjadinya insiden yang menewaskan tiga orang ini.
Dari keterangan beberapa Orang di lapangan, diketahui bahwa persoalan ini dipicu oleh persoalan masin cainsaw yang telah berlangsung sejak satu tahun terakhir. Sebelum bentrok berdarah terjadi, persoalan ini juga sempat menyebabkan pertengkaran antara induk-induk Orang Rimba antar kedua kelompok, yaitu Kelompok Majid dan Jelitai.
Menyikapi bentrokan yang terjadi KKI Warsi selaku pendamping Orang Rimba di Bukit Dua Belas, telah mengambil beberapa langkah diantarnya adalah membantu mengurus Mlentang (30 tahun) korban yang kini di rawat di RSUD Sarolangun. KKI Warsi menebuskan obat yang diluar tanggungan Jamkesmas. Kondisi kesehatan Mlentang kini mulai berangsur membaik, namun dari raut wajahnya masih terlihat truama yan dalam. Kepada Mlentang Warsi juga berupaya untuk membantunya cepat pulih dari trauma yang dialaminya, juga memberikan sejumlah sumbangan untuk Melintang yang ditemani tiga anaknya di rumah sakit.
Upaya Warsi lainnya adakah memberikan pembujuk (menyiapkan makanan kepada keluarga yang meninggal, merupakan adat Orang Rimba ketika mereka tertimpa musibah). Selain itu Warsi juga tengah melacak keberadaaan Orang Rimba lainnya yang pergi melangun, pasca kematian beberapa anggota kelompok.
Terkait penyelesaian masalah, Warsi mendukung upaya damai sesuai dengan ketentuan adat Orang Rimba. Namun Warsi juga mendorong aparat keamanan untuk menegakkan hukum positif, karena bagaimanapun tindakan yang terjadi telah menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Untuk para pelaku yang berhadapan dengan proses hukum ini, Warsi juga akan menyediakan pengacara yang akan mendampingi mereka selama persidangan nantinya.
Dari keterangan beberapa Orang di lapangan, diketahui bahwa persoalan ini dipicu oleh persoalan masin cainsaw yang telah berlangsung sejak satu tahun terakhir. Sebelum bentrok berdarah terjadi, persoalan ini juga sempat menyebabkan pertengkaran antara induk-induk Orang Rimba antar kedua kelompok, yaitu Kelompok Majid dan Jelitai.
Menyikapi bentrokan yang terjadi KKI Warsi selaku pendamping Orang Rimba di Bukit Dua Belas, telah mengambil beberapa langkah diantarnya adalah membantu mengurus Mlentang (30 tahun) korban yang kini di rawat di RSUD Sarolangun. KKI Warsi menebuskan obat yang diluar tanggungan Jamkesmas. Kondisi kesehatan Mlentang kini mulai berangsur membaik, namun dari raut wajahnya masih terlihat truama yan dalam. Kepada Mlentang Warsi juga berupaya untuk membantunya cepat pulih dari trauma yang dialaminya, juga memberikan sejumlah sumbangan untuk Melintang yang ditemani tiga anaknya di rumah sakit.
Upaya Warsi lainnya adakah memberikan pembujuk (menyiapkan makanan kepada keluarga yang meninggal, merupakan adat Orang Rimba ketika mereka tertimpa musibah). Selain itu Warsi juga tengah melacak keberadaaan Orang Rimba lainnya yang pergi melangun, pasca kematian beberapa anggota kelompok.
Terkait penyelesaian masalah, Warsi mendukung upaya damai sesuai dengan ketentuan adat Orang Rimba. Namun Warsi juga mendorong aparat keamanan untuk menegakkan hukum positif, karena bagaimanapun tindakan yang terjadi telah menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Untuk para pelaku yang berhadapan dengan proses hukum ini, Warsi juga akan menyediakan pengacara yang akan mendampingi mereka selama persidangan nantinya.