BENTROK NYAWA ANTAR SUKU RIMBA,RAJA KUBU GELAR DAMAI
Jambi,insiden bentrok antar kelompok suku rimba jum’at lalu(19/12/2008) yang berujung tiga orang suku rimba tewas dan satu orang wanita istri korban yang meninggal di rawat di rumah sakit umum sarolangun ,akibat luka bacokan.tiga orang suku rimba telah di makamkan secara masal satu tempat di pemakaman umum milik masyarakat desa.Sebenarnya peemakaman ini pantang bagi adat suku rimba karena menurut temenggung Grip siang tadi,minggu 14 Desember mengatakan,’bagi suku rimba jika meninggal dunia bukan di kubur melainkan di letakkan di atas batang pohon dan di tutup daun pelepah’namun hal ini kesepakatan dari beberapa unsur Kepala Desa,Aparat Polisi dan beberapa temenggung suku rimba mengikuti aturan yang berlaku,tapi suku rimba sempat berkeras soal pemakaman ini.
Minggu malam 14 desember 2008 di tempat terpisah,seorang Raja suku rimba atau lebih di kenal dengan sebutan Datuk Sembilan Bilah(Herman Basir) menuturkan kepada wartawan di Jambi ,bahwa suku rimba terdapat Sembilan Temenggung(Pimpinan) dalam waktu dekat dari Sembilan Temenggung ini akan di dudukan secara bersama secara adat membahas permasalah pertikaian hingga menyebabkan kematian sesama mereka,karena dalam istilah adat suku rimba,hutang di bayar hutang dan nyawa di bayar nyawa,agar tidak lebih luas lagi pertikaian ini maka perdamian ini akan di gelar secepatnya.ditambahkan lagi dan di jadwalkan jum’at 19 desember 2008 , akan memanggil temenggung Jelitay yang terkenal berwatak sadis bersama rombongan yang berlari keatas bukit’,katanya.
Dari Sembilah Temenggung yang akan menyelesaiakan pertikaian secara adat suku rimba ini adalah:Temenggung Leman,Temenggung Prolak,Temenggung Madjid,Temenggung Ukir,Temenggung Jelitay,Temenggung Setarif,Temenggung Grip,Temenggung Ngamal dan Herman Basir Bin Maliki anak dari datuk Maliki salah seorang anggota MPR RI zaman orde baru .Sebagai Temenggung Tertinggi, pemimpin seluruh warga masyarakat suku anak dalam/suku rimba yang di kenal sebagai Temenggung Sembilan Bilah,Temenggung Sembilan Bilah adalah Temenggung Tertinggi di kalangan semua suku rimba yang ada di Jambi dan Sembilan Temenggung juga telah memberikan gelar Dulur Semendo yaitu:saudara yang dapat di percaya.gelar inilah kepercayaan yang di berikan kepada Dewan Pimpinan Nasional(DPN) Trisula Nusantara,Hengky Luntungan.
Dulur Semendo,minggu malam 14 desember 2008 mengatakan sangat mengecam keras kepada pihak kepolisian jika pelaku pembunuhan tertangkap dan di penjarakan dan tidak memilik kartu tanda penduduk maka ini adalah penyimpangan,alasannya mereka (suku rimba)karena mereka mempunyai adat tersendiri untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,hal serupa juga di sampaikan kepada Adnan Buyung Nasution via ponsel sebagai Dewan Pertimbangan Prisiden RI Bidang Hukum,menurutnya Adnan Buyung Nasution meminta kepada Hengki Luntungan sebagai Dulur Semendo di buatkan kronologis kejadian bentrok terebut.
Kapolres Sarolangun melalui Kasat Reskrim dalam hal ini yang menanggani kasus bentrok suku rimba ,saat di mintai keterangan via ponsel dan sms tak ada jawaban.sedangkan dalam wawancaranya di lokasi kejadian mengatakan pihaknya akan menanggani kasus ini sampai tuntas.tandas Kapolres.AKBP.Irwan Basidsah,Jum’at 12 desember 2008 lalu.(in)
Jambi,insiden bentrok antar kelompok suku rimba jum’at lalu(19/12/2008) yang berujung tiga orang suku rimba tewas dan satu orang wanita istri korban yang meninggal di rawat di rumah sakit umum sarolangun ,akibat luka bacokan.tiga orang suku rimba telah di makamkan secara masal satu tempat di pemakaman umum milik masyarakat desa.Sebenarnya peemakaman ini pantang bagi adat suku rimba karena menurut temenggung Grip siang tadi,minggu 14 Desember mengatakan,’bagi suku rimba jika meninggal dunia bukan di kubur melainkan di letakkan di atas batang pohon dan di tutup daun pelepah’namun hal ini kesepakatan dari beberapa unsur Kepala Desa,Aparat Polisi dan beberapa temenggung suku rimba mengikuti aturan yang berlaku,tapi suku rimba sempat berkeras soal pemakaman ini.
Minggu malam 14 desember 2008 di tempat terpisah,seorang Raja suku rimba atau lebih di kenal dengan sebutan Datuk Sembilan Bilah(Herman Basir) menuturkan kepada wartawan di Jambi ,bahwa suku rimba terdapat Sembilan Temenggung(Pimpinan) dalam waktu dekat dari Sembilan Temenggung ini akan di dudukan secara bersama secara adat membahas permasalah pertikaian hingga menyebabkan kematian sesama mereka,karena dalam istilah adat suku rimba,hutang di bayar hutang dan nyawa di bayar nyawa,agar tidak lebih luas lagi pertikaian ini maka perdamian ini akan di gelar secepatnya.ditambahkan lagi dan di jadwalkan jum’at 19 desember 2008 , akan memanggil temenggung Jelitay yang terkenal berwatak sadis bersama rombongan yang berlari keatas bukit’,katanya.
Dari Sembilah Temenggung yang akan menyelesaiakan pertikaian secara adat suku rimba ini adalah:Temenggung Leman,Temenggung Prolak,Temenggung Madjid,Temenggung Ukir,Temenggung Jelitay,Temenggung Setarif,Temenggung Grip,Temenggung Ngamal dan Herman Basir Bin Maliki anak dari datuk Maliki salah seorang anggota MPR RI zaman orde baru .Sebagai Temenggung Tertinggi, pemimpin seluruh warga masyarakat suku anak dalam/suku rimba yang di kenal sebagai Temenggung Sembilan Bilah,Temenggung Sembilan Bilah adalah Temenggung Tertinggi di kalangan semua suku rimba yang ada di Jambi dan Sembilan Temenggung juga telah memberikan gelar Dulur Semendo yaitu:saudara yang dapat di percaya.gelar inilah kepercayaan yang di berikan kepada Dewan Pimpinan Nasional(DPN) Trisula Nusantara,Hengky Luntungan.
Dulur Semendo,minggu malam 14 desember 2008 mengatakan sangat mengecam keras kepada pihak kepolisian jika pelaku pembunuhan tertangkap dan di penjarakan dan tidak memilik kartu tanda penduduk maka ini adalah penyimpangan,alasannya mereka (suku rimba)karena mereka mempunyai adat tersendiri untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,hal serupa juga di sampaikan kepada Adnan Buyung Nasution via ponsel sebagai Dewan Pertimbangan Prisiden RI Bidang Hukum,menurutnya Adnan Buyung Nasution meminta kepada Hengki Luntungan sebagai Dulur Semendo di buatkan kronologis kejadian bentrok terebut.
Kapolres Sarolangun melalui Kasat Reskrim dalam hal ini yang menanggani kasus bentrok suku rimba ,saat di mintai keterangan via ponsel dan sms tak ada jawaban.sedangkan dalam wawancaranya di lokasi kejadian mengatakan pihaknya akan menanggani kasus ini sampai tuntas.tandas Kapolres.AKBP.Irwan Basidsah,Jum’at 12 desember 2008 lalu.(in)